Ketika anak Anda sedang bermain sendiri maupun bermain bersama teman-temannya, apa yang muncul di benak-benak Anda? Apakah Anda merasa bahwa anak Anda perlu dikurangi waktu bermainnya karena bermain itu tidak membawa manfaat apapun bagi anak? Apakah Anda lebih suka kalau kebanyakan waktu anak dihabiskan untuk belajar hal-hal yang penting saja?
Nah, pada dasarnya, sebagai orang tua Anda harus segera meninggalkan mindset yang kolot semacam itu lho. Sebab ternyata, proses bermain anak diklaim punya peran yang sangat istimewa terhadap tumbuh kembang anak. Alhasil, Ia tak kalah esensial dibandingkan dengan kegiatan belajar anak.
Proses bermain pada anak pun ada tahapannya. Alasan pembagian tahapan ini agar Anda sebagai orang tua menjadi tahu model dan jenis permainan apa yang paling pas untuk anak sesuai dengan usianya kelak.
Di bawah ini akan dijelaskan secara gamblang setiap tingkatan dari proses bermain anak tersebut. Namun sebelum masuk informasi tersebut, ada baiknya Anda baca terlebih dahulu jawaban dari kenapa anak butuh yang namanya aktivitas bermain.
Setiap Tahap Bermain Punya Fungsi Penting dan Tak Boleh Terlewatkan.
Mengapa Bermain adalah Aktivitas Penting untuk Anak?
Kegiatan bermain pada anak, utamanya bermain di luar secara aktif, punya segudang manfaat yang tak akan ditemukan pada kegiatan anak yang lainnya. Pertama-tama, bermain dapat menjadi pencegah datangnya obesitas. Ini karena ketika bermain, baik itu sendirian maupun bersama teman-temannya, fisik anak akan menghasilkan pergerakan.
Tapi perlu diingat bahwa ini berarti Anda sebaiknya membiarkan anak bermain dengan fisik yang bergerak aktif, bukan cuma bermain gadget di dalam rumah saja. Ada studi yang digelar di tahun 2005 dan diterbitkan di American Journal of Preventive Medicine yang menunjukkan bahwa anak yang aktif bermain di usia sembilan hingga 18 tahun akan menjadi orang dewasa yang aktif pula.
Bukan hanya itu, dengan bermain anak juga tanpa sadar melatih sendiri cara berpikirnya serta mengembangkan daya kreativitasnya. Untuk jenis permainan yang membutuhkan dua hingga banyak orang untuk dimainkan, Ia akan menyiapkan anak untuk belajar bersosialisasi sebagaimana yang akan dilakukan di masa depan nanti.
Hal ini pun diiyakan oleh dua pakar edukasi kondang Olivia Saracho dan Bernerd Spodek. Mereka pun mengungkapkan bahwa kegiatan bermain pada anak punya fungsi sosial yang sangat vital dalam kehidupan anak kini dan nanti.
Sebagai contoh, ketika bermain bersama teman-temannya di sekolah, anak akan secara otomatis belajar mengatur dirinya sendiri dan orang lain tanpa perlu diajari oleh siapapun. Ditambah lagi, bermain bersama teman seperti itu mampu memberi gambaran pada anak soal bagaimana bekerja bersama tim dan menyelesaikan sebuah konflik secara bersama-sama.
Wah, ternyata banyak sekali ya manfaat istimewa dari kegiatan bermain pada anak. Sayangnya, di Indonesia, hal ini masih kurang disadari oleh para pendidik dan para orang tua. Padahal, di luar negeri seperti di Negara Paman Sam, Amerika Serikat, sudah mulai dikeluarkan pernyataan yang mendukung pengadaan kegiatan bermain anak, bahkan saat berada di sekolah sekalipun.
Lebih jelasnya, pada tahun 2013, American Academy of Pediatrics’ Council on School Health merilis pernyataan bahwa jam istirahat di sekolah akan memberikan keuntungan fisik, emosional, sosial, dan kognitif yang selama ini tidak disadari pada anak.
Bahkan, sekolah-sekolah di wilayah Texas, Amerika Serikat punya aturan mengadakan empat kali jam istirahat pada murid-murid taman kanak-kanak dan kelas satu SD! Total jam istirahat yang diberikan mencapai waktu satu jam lamanya. Tujuan dari program ini pun adalah untuk memastikan bahwa anak-anak usia dini tidak kehilangan waktu bermainnya yang berharga di sekolah.
ENAM Tahap Bermain pada Anak
Selesai mengerti alasan kenapa kegiatan bermain pada anak itu penting, kini waktunya memahami tahap demi tahap kegiatan bermain pada anak. Sejatinya, tahap bermain pada anak dibagi menjadi enam tingkatan. Tingkatan ini disesuaikan dengan umur, latar belakang sosial, hingga suasana hati anak nantinya. Apa saja tahap-tahapnya? Berikut uraian selengkapnya.
6Tahap Permainan Bebas (Unoccupied Play)
Tahap ini terjadi ketika anak Anda sedang berada pada usia bayi. Ia pun disebut sebagai tahapan bermain paling dasar pada anak. Tujuan dari tingkatan ini adalah untuk membiarkan anak menggerakkan tubuh dan menumbuhkan kreativitas bermainnya secara acak tanpa tuntutan apapun. Anak pun dibebaskan untuk berpikir, berimajinasi, dan bergerak tanpa batasan dari sebuah aturan permainan.
Jenis mainan yang disarankan adalah mainan yang tak memiliki ukuran terlalu besar atau terlalu kecil. Lebih jauhnya, mainan tidak boleh memiliki sudut yang tajam atau mengeluarkan cahaya yang yang kuat. Contoh mainan terbaik pada tahap ini adalah mainan bola. Anda pun bisa bermain lempar tangkap bola bersama anak Anda di tahap ini.
Selain akan membuat anak merasa senang karena Anda temani bermain, permainan ini juga dapat merangsang perkembangan buah hati Anda lho. Selain bola, permainan dengan tekstur yang beragam, memunculkan bunyi-bunyian dan memiliki warna yang menarik juga sangat disarankan.
5Tahap Bermain Sendiri (Independent Play)
Di usia dua hingga tiga tahun, anak umumnya lebih suka untuk bermain sendiri tanpa ikut campur orang tua. Tidak seperti pada saat usia bayi, pada tahap ini tugas Anda hanya sebagai seorang pengawas saja. Bukannya tanpa alasan, membiarkan anak bermain sendiri dan hanya mengawasinya dari jarak tertentu bertujuan untuk mengajarkannya bersikap mandiri.
Anak dalam rentang umur dua hingga tahun juga belum punya keterampilan komunikasi yang mumpuni. Sehingga, mereka cenderung pemalu dan akan lebih nyaman bila bermain sendiri.
Dengan bermain secara independen seperti ini, anak akan dirangsang untuk mengenali kemampuannya sendiri. Kepercayaan diri anak pun diklaim akan meningkat drastis ketika Ia mampu menyelesaikan permainan tanpa bantuan orang lain. jenis mainan yang paling pas adalah mainan seperti mobil-mobilan, kereta-keretaan, boneka, puzzle dan balok.
4Tahap Permainan Mengamati (Onlooker Play)
Masih dalam rentang umur yang sama, anak Anda juga sedang berada pada tingkatan onlooker play alias permainan mengamati. Apa maksud dari tahapan yang satu ini?
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, anak Anda yang berada di rentang usia ini tergolong pemalu dan belum nyaman untuk leluasa berkomunikasi dengan sebayanya. Maka, ketika Ia melihat anak lain tengah bermain sebuah permainan, Ia lebih memilih untuk menjadi seorang ‘penonton’.
Tenang, hal ini bukanlah sesuatu yang memalukan apalagi terkesan abnormal. Sebab, anak pada rentang usia ini juga terhitung bermain dengan ‘melihat’ anak lain bermain sesuatu. Setelah proses ‘mengamati’ inilah, anak baru akan tergerak untuk berkomunikasi dengan anak lain yang tengah bermain permainan tersebut.
Jadi, Anda jangan serta merta memaksa anak Anda untuk segera berkomunikasi dengan anak lain ya. Biarkan anak Anda mempunyai inisiatif sendiri untuk melakukan hal itu. ‘Mengawasi’ anak lain ketika bermain juga memberi kesempatan bagi anak Anda untuk melakukan observasi terhadap aturan permainan tersebut.
Biasanya, anak akan mulai melakukan pengamatan ketika Ia bermain di luar rumah. Sehingga, contoh permainan pada tahap ini meliputi permainan seperti petak umpet, sepak bola, hingga permainan lompat tali.
3Tahap Permainan Paralel (Parallel Play)
Lanjut di usia balita, ini saatnya si kecil beralih dari aktivitas bermain sendiri ke aktivitas bermain bersama teman. Ini karena anak sudah mulai berani berbaur dan menjalin komunikasi dengan anak sebayanya. Namun begitu, anak belum sepenuhnya bermain dengan teman karena Ia masih bermain sendiri meski tengah berada di samping temannya. Inilah yang namanya tahap permainan paralel.
Karena masih terbawa kebiasaan bermain sendiri, anak masih cenderung fokus pada mainannya sendiri walau di sekitarnya ada teman bermain dengan permainan yang sama. Sekalipun begitu, lambat laun anak Anda akan mulai tertarik untuk bertukar mainan dengan anak tersebut dan bahkan memulai percakapan soal permainannya tadi.
2Tahap Permainan Asosiatif (Associative Play)
Tahap permainan asosiatif merupakan hasil perkembangan dari tahapan permainan mengamati. Sekarang, anak sudah punya rasa percaya diri untuk ikut bermain permainan yang tadinya hanya Ia observasi. Rasa penasaran yang tinggi akan bagaimana sensasi yang terjadi ketika Ia ikut bermain menggugah buah hati Anda untuk ikut bermain bersama teman sebayanya.
Dalam permainan petak umpet misalnya, Ia akan mulai ikut berlarian ke sana kemari atau bahkan mengelilingi teman-teman yang sedang bermain. Namun dalam tahap ini anak masih belum sadar penuh akan peraturan dari permainan yang Ia mainkan. Ia baru sekedar ‘ikut-ikutan’ bermain saja.
1Tahap Permainan Berkelompok (Cooperative Play)
Tahap bermain yang terakhir adalah tahap permainan berkelompok. Di sinilah baru anak Anda punya kesadaran penuh dalam ikut bermain bersama teman-temannya. Anak sudah paham betul peraturan permainan yang dimainkan sehingga Ia bahkan bisa mengkoreksi kesalahannya atau kesalahan orang lain dalam bermain.
Kapan tahapan ini terjadi? Ia muncul pada saat anak Anda menginjak usia sekolah, utamanya pada saat anak sudah masuk pendidikan sekolah dasar. Keterampilan sosial anak seperti berbicara dan berkomunikasi dengan sesama teman permainan akan sangat dieksplorasi pada tingkatan ini.
Jenis permainan yang dimainkan menjadi lebih beragam dan umumnya membutuhkan jumlah pemain yang lebih dari satu. Permainannya bisa berupa permainan yang dimainkan oleh beberapa orang namun menggunakan keterampilan individu seperti bola bekel, congklak, atau kelereng.
Namun tak menutup kemungkinan pula bahwa anak Anda akan lebih sering bermain permainan yang mengandalkan kekompakan dan keterampilan kelompok seperti bermain ular naga atau sepak bola. Apapun permainannya, semuanya akan berakhir pada satu tujuan yakni untuk menyelesaikan permainan atau memenangkannya.
Demikianlah keenam tahap bermain pada anak yang wajib Anda pahami betul agar pertumbuhan anak maksimal. Sebagai orang tua, Anda jangan sampai acuh tak acuh pada proses bermain anak Anda. Pasalnya, seperti yang sudah dijelaskan di atas, ia akan membawa dampak yang signifikan terutama terhadap kesehatan mental anak Anda.
Anda tidak mau kan anak Anda menjadi seseorang yang mudah cemas dan kurang memiliki kreativitas? Oleh karenanya, biarkan namun tetap awasi anak Anda bermain sesuai dengan tahapan bermainnya. Semoga informasi ini bermanfaat dan semakin meningkatkan ilmu parenting Anda ya!