Perlu Diketahui, Cara Khusus Mendidik Anak dari Keluarga “ Broken Home “

Dampak psikologis anak terhadap perpisahan di dalam keluarga

0
3824

Setiap orang pastinya menginginkan keluarga yang bahagia selamanya. Mempunyai keluarga yang utuh, bahagia dan terus bersama-sama dalam mengarungi bahtera hidup. Menjalani setiap masalah demi masalah dengan saling bergandeng tangan dan menguatkan.

Namun dalam realita, kadang apa yang kita inginkan tidak bisa sejalan dengan kenyataan. Tentu saja kita menginginkan keluarga yang utuh agar bisa mendidik anak-anak bersama.

Anak-anak pastinya bukan hanya membutuhkan peran ayah di dalam hidupnya, dia juga membutuhkan sosok ibu untuk melengkapi kebahagiaan nya. Dia menginginkan keluarga, orang tua yang utuh. Namun sering kali kita jumpai anak-anak yang tidak mendapatkan kebahagiaan memiliki orang tua yang utuh.

Setiap perpisahan pada orang tua tentu saja tidak ada yang baik-baik saja. Semuanya memberikan dampak atau efek buruk. Salah satunya yang paling kena dampak adalah anak. Dimana anak-anak harus di tengah keluarga yang tidak sempurna. Mereka menjadi korban yang harus menerima hal yang mereka sendiri sulit untuk memahaminya.

Mereka tetap berhak mendapatkan hak yang harusnya mereka dapatkan. Di tengah keluarga yang terpecah harusnya mereka tetap merasakan sebagaimana anak lain rasakan. Biasanya mereka akan kehilangan kasih sayang dan juga perhatian yang selama ini mereka rasakan. Mereka harus menjadi korban dari permasalahan yang mereka sama sekali tidak mengerti.

Alhasil, banyak anak dari keluarga “ broken home “, yang mempunyai masalah dengan masa depan mereka. Bukan hanya mengganggu fisik namun juga psikis mereka ikut terkoyak karena permasalahan ini. Bagi Anda yang mengalami kegagalan berumah tangga, sebaiknya Anda mengintip beberapa trik atau tips di bawah ini, bagaimana penanganan terhadap anak-anak “ broken home “.

Tips Menangani Anak Korban Perpisahan Orang Tua

Menjaga sikap

Jagalah sikap Anda selama berada di dekat anak Anda. Sebuah perpisahan terjadi biasanya karena perselisihan antara satu sama lain. Entah karena perbedaan pendapat maupun karena masalah lainnya. Hal ini membuat Anda akan merasa malas dan enggan bertemu dengan pasangan Anda.

Setiap kali bertemu pastinya menyulut emosi saling bertengkar atau bahkan saling diam dan membuang muka. Saat di depan anak-anak hal tersebut akan membuat mereka merasa bingung dengan apa yang orang tua nya lakukan.

Bukan hanya mengganggu psikis nya, mereka tentu saja merasa tidak nyaman dan sangat tersakiti melihat kedua orang yang mereka sayangi harus bertengkar di depan mereka.

Jadi apa pun yang terjadi usahakan tetap baik-baik saja di depan anak-anak. Yang mereka tahu, Anda dan pasangan Anda adalah ayah dan ibu mereka. Rumah adalah tempat mereka untuk berlindung.

Sudah seharusnya orang tua memberikan kenyamanan dan keamanan perlindungan untuk mereka. Saat rumah menjadi tempat kalian bertengkar, maka di situ lah anak merasa tidak senang lagi berada di dalam rumah.

Tidak sedikit anak yang broken home melampiaskan emosi dan perasan mereka dengan pergi dari rumah. Tentu saja karena mereka merasa risi dan tidak nyaman lagi selama ada di rumah masih ada kedua orang tuanya bertengkar.

Berpikir positif

Saat Anda terpuruk di dalam permasalahan ini tentu saja Anda akan banyak termenung bahkan menangis. Saat Anda meluapkan segala emosi Anda di depan anak-anak Anda maka biasanya anak Anda merasa bingung dan terbawa dengan perasaan Anda. Alhasil mereka akan ikut berpikir mengenai permasalahan yang sedang Anda rasakan.

Apa pun yang Anda rasakan cobalah berpikir positif dan yakin kan itu kepada anak-anak Anda. Cobalah untuk memulai menceritakan kepada anak Anda mengenai permasalahan yang terjadi. Dan yakin kan kepada mereka kalau ini merupakan jalan yang terbaik dan akan ada hikmah di balik semua ini.

Namun usahakan untuk tidak memberikan kesan negatif mengenai mantan pasangan Anda kepada anak-anak, bagaimana pun dia tetap lah orang tua dari anak Anda. Saat Anda menceritakan mengenai hal yang buruk tentu saja akan membuat anak Anda mempunyai rasa benci bahkan dendam terhadap orang tua nya yang bisa dibawa nya hingga dewasa.

Latihlah anak dengan suasana baru

Seorang anak yang orang tua nya berpisah tentu mereka akan berbeda dengan anak-anak lainnya. Buatlah anak terbiasa dengan suasana dan keadaan mereka saat ini. Jangan biarkan anak merasa menyesal dengan kehidupan barunya. Hal tersebut bisa membuat anak-anak berbuat hal negatif yang biasanya memicu kenakalan remaja di lingkungan setempat.

Buatlah anak-anak nyaman dengan keadaan sekarang. Biarkan mereka menentukan pilihan dimana mereka akan tinggal. Jangan batasi anak-anak dan jangan paksa kan mereka dengan kehendak Anda. Biarkan mereka memilih, dimana pun dia mereka akan tinggal berikan tempat ter nyaman untuknya.

Dengan begitu mereka tidak akan merasakan sebuah perpisahan yang berarti karena mereka tetap merasakan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya.

Sesekali waktu Anda tetap bisa melakukan waktu bersama. Berlibur misalnya dengan anak-anak dan juga mantan pasangan Anda. Karena bagaimana pun anak-anak juga menginginkan waktu bersama dengan kedua orang tua nya. Hapus ego Anda karena anak-anak membutuhkan peran serta kedua orang tua nya di masa pertumbuhannya.

Jadilah tempat mereka berbagi

Saat sebuah perpecahan di dalam keluarga terjadi, bukan hanya kita yang merasakan sebuah sakit. Namun anak-anak juga merasakan sebuah kesakitan dan kepedihan yang luar biasa. Mereka akan merasa kehilangan kedua orang tua nya. Oleh karena itu mereka sering kali mencari pelarian untuk melampiaskan perasaannya.

Apabila hal tersebut tidak diperhatikan bisa saja mereka salah dalam pergaulan karena yang mereka pikirkan hanya ingin terbebas dari beban dan mengutarakan apa yang mereka pendam sehingga mereka merasa bahagia.

Untuk itu, jadilah tempat berbagi untuk mereka. Posisi kan diri Anda sebagai sahabat yang siap menampung semua keluh kesahnya. Dan atur lah emosi Anda. Anak-anak yang baru mengalami masalah di keluarga mereka lebih sensitif, jadi mereka akan sering marah-marah saat mereka merasa tidak cocok.

Dampak psikologis anak terhadap perpisahan di dalam keluarga

Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tentu saja dengan disertai peran penting dari kedua orang tua nya. Saat mereka berada di tengah keluarga yang harmonis, romantis dan bahagia tentu mereka akan tumbuh dan kembang dengan sangat baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Namun saat mereka harus ada di tengah keluarga yang bermasalah bahkan keluarga yang broken home pastinya mereka akan sulit menerima keadaan ini dan berdampak negatif terhadap tumbuh dan kembangnya serta menimbulkan efek terhadap psikologis mereka.

Berikut di bawah ini beberapa dampak negatif terhadap psikologis anak karena perceraian orang tua nya :

Sulit bergaul

Anak-anak yang tumbuh di tengah keluarga yang tidak sempurna, mereka akan merasa minder dan hilangnya rasa percaya diri dalam diri mereka. Akhirnya mereka menjadi pribadi yang cenderung diam, suka menyendiri dan akan sulit sekali bergaul.

Mereka merasa tidak bisa seperti anak-anak lainnya yang mempunyai kelurga yang bahagia. Akhirnya mereka merasa rendah diri dan memilih untuk menjaga jarak dengan anak-anak lainnya.

Iman Dangkal

Anak-anak yang lahir dari tengah keluarga tidak harmonis, sebagian besar mereka menjadi pribadi yang jauh dari agama. Mereka minim sekali iman. Karena seperti kita ketahui, madrasah pertama bagi anak-anak adalah kedua orang tua nya. Ayah dan ibunya lah yang seharusnya pertama kali mengajarkan mengenai pendidikan agama untuk anak-anak.

Saat iman dan agama anak bagus maka sudah bisa dipastikan kepribadiannya pun akan sangat baik. Karena mereka tahu mana yang salah, mana yang dosa, dan perbuatan apa yang bisa membuat mereka mendapatkan pahala.

Minimnya rasa kasih sayang

Anak-anak dari keluarga yang broken home biasanya menjadi anak yang acuh dan tidak peduli bahkan banyak juga yang menjadi anak-anak brutal. Karena mereka tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang tua nya.

Gangguan mental

Bagi sebagian anak, orang tua baik ayah atau ibu biasanya menjadi tempat ternyaman bagi mereka menyampaikan keluh kesah. Namun saat anak-anak harus menerima kenyataan kalau orang tua nya berpisah, mereka merasa kehilangan segalanya. Mereka pun akan merasa bingung kemana mereka akan berbagi dan bercerita mengenai keadaan keluarganya.

Akhirnya mereka menjadi anak-anak yang frustrasi, stres bahkan banyak juga yang mengalami gangguan mental. Mereka merasa sulit untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan sehingga membuat mereka terus menerus merasa tertekan.

Benci terhadap orang tua

Hal yang sangat buruk apabila orang tua bercerai adalah munculnya rasa benci dan kecewa yang mendalam terhadap orang tua nya, baik ayah, ibu atau bahkan bisa jadi kedua orang tua nya. Mereka menyesali apa yang sudah terjadi dan menganggap orang tua nya sumber penderitaan atau sakit yang dia rasakan.

Banyak anak-anak broken home yang menaruh dendam terhadap orang tua nya, entah itu ayah, ibu atau bahkan keduanya. Mereka enggan mengenal kembali orang yang membuat dirinya harus kehilangan kasih sayang orang tua.

Mereka belum bisa mengerti mengapa keadaan ini bisa terjadi. Mereka hanya tahu dan menyalahkan. Rasa benci dan kecewa tersebut bisa membawa efek yang sangat buruk bahkan bisa menjadi trauma yang mendalam bagi anak-anak.

Berontak

Anak-anak yang mempunyai keluarga yang tidak sempurna, sebagian besar memiliki kepribadian yang sulit sekali di tebak. Ada sebagian yang mempunyai kepribadian suka berontak. Mereka menjadi anak-anak yang semaunya sendiri, sulit untuk dikendalikan.

Bukan hanya di lingkungan keluarga, di sekolah dan pergaulan-nya pun dia akan menjadi anak-anak yang gemar berontak bahkan bisa menjadi masalah di lingkungan sekitarnya. Kenakalan-kenakalan remaja yang asal usulnya dari keluarga broken home sering sekali terjadi. Mereka sulit sekali untuk taat terhadap aturan. Menjadi anak-anak yang suka membangkang dan menjadi sumber masalah.

Hal tersebut terjadi karena biasanya mereka mencari perhatian dari orang-orang ter kasihnya. Mereka ingin di perhatikan dan disayangi sehingga mereka membuat masalah-masalah. Namun kebanyakan orang tua tidak mengerti dan hanya memberikan peringatan dan hukuman yang justru membuat mereka sekain tidak terkendali.

Walaupun Anda mengalami rumah tangga yang tidak utuh, sebaiknya Anda terus memperhatikan psikologis dan tumbuh kembang anak Anda. Jangan jadikan anak-anak menjadi korban egois kedua orang tua nya. Tetap lah menjalin hubungan yang baik dengan mantan pasangan Anda dan terus bekerja sama memberikan segalanya demi anak-anak Anda.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here