Cara Mendidik Anak Menurut Psikolog dan Mengetahui Bakatnya

0
3267

Mendidik anak bukanlah hal yang sudah, sedangkan untuk masa depan anak sendiri tergantung dari anak-anak itu sendiri. Tapi dalam menjaga anak terkadang juga sering ada beberapa masalah yang harus dihadapi oleh para orang tua.

Sedangkan saat membicarakan pola asuh sendiri, maka orang tua juga harus siap dalam memberikan hasil terbaik untuk anak-anak tersebut. Terbaik juga belum tentu yang mereka inginkan, tapi yang dihasilkan dari kerja keras serta kebutuhan lainnya. Untuk pola asuh anak dari usia dini disebut dengan parenting.

Termasuk dalam proses meningkatkan serta mendukung perkembangan emosional, perkembangan fisik, perkembangan finansial, sosial dan intelektual mulai dari anak-anak supaya dapat hidup mandiri.

Menurut psikolog sendiri parenting terdiri dari 15 bagian dan masing-masing memiliki penjelasan dan caranya sendiri atau pola asuh yang baik.

Cara atau Tips Mendidik Anak Menurut Psikolog

Parenting Otoritatif

Parenting otoritatif termasuk pola asuh dengan orang tua yang sering mengatur batas dan memberikan pemahaman kepada anak mereka. Tanggap terhadap kebutuhan, terutama kebutuhan emosional.

Orang tua juga perlu menerapkan pola asuh ini supaya bisa lebih hangat kepada anak mereka dengan mencoba menjelaskan alasan mengapa terdapat aturan. Anak-anak mungkin bisa lebih mandiri, diterima secara sosial, berperilaku baik dan sukses dalam akademik.

Parenting Permisif

Untuk parenting permisif ini termasuk pola asuh yang orang tua harus memberikan kebebasan anak dan tanpa ada batasan sama sekali. Biasanya pola asuh ini akan berawal dari orang tua yang ingin anaknya tidak berfikir memang butuh atau akan memberikan dampak positif atau tidak.

Selain itu pola asuh ini sedikit sekali digunakan olah para orang tua dalam bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Anak bisa sesuka hati mengatur dirinya dan orang tua memiliki peran yang cukup minim. Meskipun anak sudah pernah terlibat dalam masalah atau sudah dewasa.

Akibat dari pola asuh ini, anak menjadi kurang disiplin dan berbuat semaunya sendiri. Mereka akan merasa tidak suka jika dilarang dan merasa depresi.

Toxic Parenting

Toxic parenting ini termasuk pola asuh yang tidak patut untuk ditiru dan memalukan. Karena dapat meracuni, membuat orang tua melakukan kekerasan dan menyakiti anak. Baik fisik atau emosional dan orang tua ini tidak memikirkan anaknya akan mengalami trauma atau tidak.

Jellyfish Parenting

Untuk parenting ubur-ubur ini memiliki nama yang unik, orang tua yang biasa menerapkan aturan ini cukup sedikit. Mereka hanya memberikan harapan yang sedikit kepada anak. Para orang tua tidak mau membuat hal yang dilakukan mereka menjadi beban anak.

Selain itu orang tua juga akan lebih sering mengalah, karena tidak ingin memberikan masalah dengan anak dan melakukan konfrontasi. Hanya saja jika Anda menggunakan pola ini, maka anak menjadi kurang pandai bersosialisasi. Baik dalam bidang akademis dan cenderung melibatkan diri pada perilaku yang berisiko.

Uninvolved Parenting

Uninvolved parenting atau parenting yang acuh tak acuh ini masih sedikit dilakukan. Karena orang tua menjadi sedikit dalam memberikan kehangatan kepada anak. Anak juga bisa menjadi ajuan jika Anda akan menerapkan pola tersebut.

Kemudian anak akan menerima dampak yang sangat banyak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Untuk ciri-ciri parenting yang acuh tak acuh ini dapat dilihat dari orang tua yang menggunakan gaya pengasuh dengan tidak memantau aktivitas anak.

Menganggap anak sepele dalam kehidupan orang tua dan anak-anak sering merasa gelisah, takut dan stres jika tidak ada dukungan dari orang tua sendiri. Anak juga akan menjadi lebih sering mendapatkan masalah sampai bersikap aneh untuk mencoba menarik perhatian orang tua mereka.

Parenting Narsistik

Parenting ini memiliki ciri-ciri pola asuh seperti anak yang harus mencapai semua cita-cita dan impian mereka yang tidak dapat dicapai oleh orang tuanya. Hal tersebut juga sering terjadi dan membuat anak menjadi merasa hidupnya tidak penting dan malas belajar.

Orang tua juga bisa sangat memuja anaknya dengan cara yang berlebihan. Kehadiran anak yang diperhatikan dan disayang membuat orang tua menjadi cemburu dan merasa anaknya justru membuat keadaan lebih buruk. Anak-anak tidak dapat leluasa saat melakukan eksplorasi minat serta potensi yang mereka miliki.

Nurturing Parenting

Parenting ini termasuk pendampingan atau didampingi. Dengan pola asuh yang direkomendasikan karena lebih seimbang dan baik untuk anak. Ciri-cirinya dengan orang tua yang selalu mengharapkan anak mereka dapat mengeksplorasi lingkungan yang ada. Sehingga mereka dapat belajar dan tetap dalam pengawasan orang tua tersebut.

Orang tua menerapkan batasan yang cukup jelas dan sudah mulai dibiasakan pada anak. Mengharapkan feedback anak yang harus mematuhi orang tua serta bersikap sopan. Selain itu pola asuh ini juga dapat membuat anak cenderung merasa lebih empati kepada orang lain. Bertanggung jawab terhadap orang lain dan diri sendiri. Membuatnya menjadi lebih percaya diri dan membiasakan diri untuk bersikap baik.

Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis termasuk pola yang paling baik. Diterapkan pada anak dengan usia berapa pun, baik anak usia balita atau anak yang sudah dewasa tapi sulit untuk diajak kompromi. Apalagi untuk menuruti aturan yang diberikan oleh orang tua.

Selain itu dengan menggunakan pola asuh demokratis akan memberikan kesempatan pada para orang tua. Supaya dapat terbiasa menempatkan dirinya kepada anak sebagai seorang teman dan anak bebas mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini para orang tua ditekankan supaya dapat mendengarkan keluhan dari anak dan dapat memberikan masukan.

Untuk orang tua yang memberikan hukuman maka harus masuk dengan alasan serta bagaimana hukuman akan terjadi. Saat orang tua bersikap friendly, maka anak juga akan menjadi sangat terbuka kepada orang tua. Dengan begitu anak tidak akan membantah pada orang tua tapi tetap menjaga sikap, menghargai dan mendengarkan.

Parenting yang Berlebihan

Sampai saat ini tidak sedikit orang tua yang merasa, bahkan mungkin mengalami tahun yang lama untuk mendapatkan anak. Mereka merasa anaknya merupakan sebuah kristal mahal dan semua keinginannya harus didengarkan. Tapi pola asuh ini sangat buruk dilakukan dan menyebabkan masalah yang berkepanjangan.

Ada juga beberapa ciri-ciri yang biasa dilakukan oleh orang tua tipe ini. Mereka terlihat langsung dalam setiap aspek dan menyelesaikan semua permasalahan. Dengan begitu anak tidak bisa menjadi dewasa dan mandiri.

Ada juga orang tua yang melindungi anak tapi secara berlebihan. Tidak membiarkan anak-anaknya menghadapi kesulitan. Sering juga saat sikap anak salah serta berlebihan tapi orang tua mencoba untuk menutup mata dan tidak berfikir subjektif.

Anak yang tidak mandiri menjadi tidak memahami kesalahan. Mereka harus menghadapi konsekuensi dan menjadi terbiasa untuk meminta orang tua membela atau memberikan perlindungan saat terjadi masalah.

Slow Parenting

Pola asuh ini termasuk tipe khusus dan memiliki beberapa jenis ciri yang bisa dikenali. Mulai dari orang tua yang berusaha untuk tidak terlibat sebanyak mungkin pada masalah atau kehidupan anak dan memastikan ada cukup waktu yang dapat dihabiskan bersama.

Orang tua biasanya akan membatasi anak menggunakan barang elektronik. Kemudian menggantinya dengan mainan seperti buku yang dapat meningkatkan kreativitas anak serta daya imajinasinya. Anak-anak menjadi mengetahui kemampuan dan batas mereka masing-masing.

Pada tipe ini banyak orang yang sudah cukup banyak menerapkannya. Terutama dengan adanya orang yang berlomba untuk mendidik dan tidak hanya menjadi pintar serta memiliki kreativitas.

Dolphin Parenting

Dolphin parenting termasuk orang tua yang menghindari melakukan perencanaan kegiatan yang berlebihan untuk. Menahan diri supaya tidak terlalu khawatir dan tidak memperhitungkan cita-cita serta tujuannya.

Orang tua juga dapat memperlakukan setiap anak sesuai karakter atau kebutuhan. Karena kepribadian juga akan menjadi patokan utama dan anak-anak menjadi keterampilan sosial, kreatif, percaya diri dan hal baik yang lainnya.

Parenting Hipnosis

Pada tipe ini orang tua akan memberikan sugesti yang positif kepada anak. Berkaitan dengan perkembangan dan pendidikan anak tapi bisa berlaku sebaliknya dan orang tua dapat mempengaruhi pikiran anak serta menyebabkan anak memiliki pikiran yang sama.

Parenting Holistik

Parenting holistik termasuk cara mendidik anak dengan cara spiritual, dimana orang tua benar-benar akan memberikan pola asuh yang baik. Sesuai dengan ajaran atau moral supaya dapat menghasilkan anak yang baik dalam kehidupan.

Parenting Mercu Suar

Parenting mercu suar ini termasuk tipe orang tua yang sengaja membiarkan anaknya terlibat masalah tapi tetap dalam pengawasan. Pola mercusuar ini sangat penting, terutama untuk anak-anak sendiri biasanya tidak percaya dengan hal yang buruk sampai mereka mengalaminya sendiri.

Setelah itu orang tua akan memberikan masukan dan memberikan nasihat kepada anak-anaknya.

Unconditional Parenting

Parenting tipe unconditional sudah banyak diterapkan di Indonesia. Para orang tua mendukung anak secara positif dan berharap anaknya menemukan jalan serta berkembangnya dengan baik.

Anak akan menerima perilaku baik, tapi beberapa anak justru akan memanfaatkan situasi tersebut dan menyebabkan pola asuh yang gagal.

Mengenali Bakat Anak

Mengenali bakat anak termasuk salah satu persoalan yang sering ditanyakan dalam setiap kondisi. Wajar saja, karena sampai saat ini masih ada cukup banyak orang tua yang belum mengetahui cara untuk mengenal bakat anak yang lebih efektif. Bahkan orang tua yang tidak mengetahui hal tersebut dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk mendapatkan keuntungan mereka sendiri.

Jika Anda termasuk orang tua yang peduli dengan anak, maka ada baiknya untuk mengetahui dan mencari tahu bagaimana cara yang baik untuk mengenali serta mengembangkan bakat anak.

Anda sendiri akan mengenali bakat anak yang sebenarnya saat aktivitas anak mulai dihargai oleh masyarakat sekitar. Mulai dengan stimulasi anak dalam melakukan eksplorasi, memberikan kesempatan untuk anak supaya dapat beraktivitas dan mengenali perilaku seru dari anak sendiri.

Selain itu Anda juga perlu melakukan penilaian terhadap perilaku seru anak tersebut. Kemudian refleksikan hasil penilaian bersama dengan anak. Perilaku sendiri memiliki ciri-ciri dengan anak yang cepat belajar. Anak asyik melakukan aktivitasnya sendiri, selalu merasa puas setelah melakukan aktivitas dan selalu ingin mengulanginya.

Refleksi sendiri harus dilakukan anak dengan orang tua supaya dapat mengenali kecerdasan yang majemuk. Begitu pula minatnya dalam semua hal. Jika sudah melakukan penilaian, maka segera komunikasikan hasil penilaian dari orang tua kepada anaknya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here