Keinginan untuk memiliki momongan setelah menikah adalah salah satu bentuk dorongan untuk menyetujui program bayi tabung ini. Padahal, ada banyak risiko dan prosedur yang harus dijalani. Terlebih presentasi keberhasilannya juga tidak besar, yakni sekitar 30-40% saja, jadi pasti ada kemungkinan untuk gagal.
Namun, karena memang sangat ingin memiliki momongan, apalagi setelah banyak upaya dilakukan, serta usia pernikahan yang tidak lagi muda, maka mau tidak mau calon orang tua mulai mempertimbangkan cara ini. Lalu mulai beranggapan, asalkan bisa memiliki anak apapun akan dilakukan.
Bayi tabung atau disebut In Vitro Fertilization (IVF) adalah proses pembuahan sel telur oleh sperma yang terjadi di luar tubuh. Setelah proses pembuahan berhasil, maka sel telur yang sudah dibuahi akan dimasukan kembali ke dalam rahim untuk dibesarkan.
Agar dapat melakukan proses ini, ada banyak tahap yang perlu dilewati dan setiap tahapnya memungkinkan biaya yang sangat besar. Tidak hanya itu, dibutuhkan pula mental dan fisik yang sama besarnya agar proses bayi tabung dapat berhasil.
Karena itu, setidaknya para calon orang tua bayi tabung perlu mengetahui, bagaimana prosedur bayi tabung, apa saja risiko yang akan ditanggung dan kesempatan berhasil program ini, sebelum mulai menyetujuinya.
Prosedur Bayi Tabung
Tes Sebelum Bayi Tabung
Demi menjalani program bayi tabung ini, ada beberapa hal yang dipastikan terlebih dahulu sebelum prosesnya dijalankan. Serangkaian tes ini dilakukan agar presentasi keberhasilan bayi tabung dapat dijamin sukses. Adapun tes-tes tersebut, diantaranya: Artikel Selanjutnya tab 1/2/3/4 dibawah