Kalimat yang mengatakan “orang miskin dilarang sakit” mungkin sedikit banyak mempengaruhi persepsi orang terhadap penyakit dan cara pengobatannya. Meskipun pemerintah telah memberikan solusi untuk meringankan biaya pengobatan saat sakit melalui semacam sistem jaminan sosial bagi masyarakat.
Tetapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa tidak semua jenis obat dan tindakan medis ditanggung oleh jaminan kesehatan tersebut. Mahalnya ongkos pengobatan dan kurang sadarnya masyarakat untuk memeriksakan diri kepada tenaga medis yang berwenang membuat penjualan obat-obatan bebas menjadi laris.
Sebenarnya obat-obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter tidak serta merta merugikan kesehatan sepanjang kandungan zat aktifnya memang sesuai dengan penyakit yang diderita, dosisnya tepat dan sudah nomer registrasi pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maka obat tersebut aman untuk digunakan.
Masalahnya adalah ketika masyarakat tidak tahu apa obat yang dikonsumsinya termasuk resiko yang bisa timbul, dosisnya, dan zat aktifnya. Beberapa jenis obat bisa menimbulkan reaksi alergi pada seseorang setelah digunakan misalnya jenis antibiotik.
Sehingga seringkali saat kita periksa maka dokter akan menanyakan apakah kita memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu. Karena alergi obat yang luput dari pengawasan bisa mengakibatkan pada kasus kematian.
Obat-obatan yang bisa dikatakan sering dikonsumsi oleh masyarakat dan dengan mudah bisa didapatkan tanpa resep dokter di apotek ataupun toko obat adalah jenis anti nyeri atau pereda nyeri.
Obat tersebut bisa berupa obat untuk flu ataupun memang untuk meredakan dan menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan oleh tubuh. Hanya saja mungkin kita sebagai orang awam belum paham bahwa obat yang kita konsumsi merupakan jenis obat anti nyeri.
Agar kita tidak salah dalam menggunakan obat yang berpotensi mendatangkan bahaya lain bagi tubuh sebaiknya kenali tentang obat anti nyeri dan efek sampingnya berikut ini.
Macam-macam Obat Anti Nyeri
Anti Inflamasi Non Steroid (NSAIDs)
Obat anti inflamasi golongan non steroid (NSAIDs) sebenarnya memiliki efek yang sama dengan obat-obatan anti nyeri yaitu sebagai obat analgesik (pereda nyeri) dan juga bisa berfungsi sebagai pereda panas (antipiretik).
Sehingga tidaklah mengherankan jika di dalam kandungan obat flu terdapat bahan aktif golongan obat analgesik dan antipiretik tersebut. Secara tidak langsung maka sebenarnya kita juga mengkonsumsi obat pereda nyeri setiap kali minum obat flu.
Cara kerja obat-obatan dalam golongan anti inflamasi non steroid ini adalah dengan menghambat terbentuknya prostaglandin yaitu sejenis senyawa kimiawi yang ada di dalam tubuh yang menyebabkan rasa nyeri dan demam pada manusia.
Menggunakan anti nyeri dari golongan anti inflamasi non steroid ini memang akan lebih manjur jika dibandingkan dengan jenis obat pereda nyeri yang lainnya. Hanya saja ada faktor resiko yang harus ditanggung jika obat jenis ini digunakan dalam jangka panjang.
Resiko penggunaan obat-obatan pereda rasa nyeri dari golongan NSAIDs dalam jangka panjang dapat menambah peluang bagi seseorang untuk terkena serangan jantung dan serangan stroke.
Sehingga untuk pasien yang memiliki riwayat kedua penyakit tersebut atau memiliki faktor pemicu kedua penyakit tersebut haruslah sangat berhati-hati dalam mengkonsumsi dan menggunakan jenis obat anti inflamasi non steroid tersebut. Sangat dianjurkan untuk melakuakan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat golongan ini sebagi penghilang rasa nyeri.
Jenis obat-obatan yang termasuk di dalam golongan obat anti inflamasi non steroid ini antara lain adalah :
Ibuprofen
Digunakan sebagai pereda untuk rasa sakit atau rasa nyeri dalam kelas ringan hingga sedang seperti nyeri haid, sakit kepala sebelah atau migrain, sakit gigi dan rasa nyeri yang timbul setelah melakukan operasi. Selain untuk mengurangi rasa nyeri akibat peristiwa-peristiwa diatas, ibuprofen juga biasa digunakan sebagai zat aktif dalam obat penurun panas atau demam dan juga obat flu.
Pemberian obat ibuprofen yang paling umum adalah secara oral atau diminum dan bisa juga dalam bentuk lain seperti disemprotkan dan dalam bentuk gel untuk dioleskan pada bagian yang sakit atau nyeri.
Hati-hati karena penggunaan ibuprofen bisa menyebabkan terjadinya masalah kesehatan pada tubuh antara lain pendarahan pada lambung. Untuk mengurangi efek samping dari ibuprofen minumlah obat ini setelah makan dengan susu yang akan menetralisir efek buruk dari ibuprofen.
Aspirin
Aspirin adalah jenis obat anti inflamasi golongan non steroid yang bisa digunakan untuk mereka yang memiliki riwayat sakit stroke. Bisa juga diberikan kepada pasien dengan riwayat serangan jantung, PAD atau penyakit para perifer arteri serta pasien pasca pembedahan pada jantung dan juga pada pembuluh darah.
Relatif aman dengan catatan diberikan dalam dosis rendah dan dengan pengawasan atau resep dokter.
Aspirin aman diberikan kepada penderita atau pasien dengan riwayat jantung dan stroke karena selama aspirin ini digunakan dalam dosis rendah yaitu sekitar 75 mg maka obat ini akan memiliki fungsi sebagai pengencer darah (antiplatelet) sehingga bisa mencegah terjadinya penggumpalan darah dan penyumbatan sebagai faktor resiko pada stroke dan jantung.
Sedangkan aspirin pada dosis tinggi atau sekitar 300 mg ampuh untuk mengatasi sakit kepala dan migrain, sakit gigi, flu dan pilek, mengatasi pembengkakan dan mengurangi demam. Aspirin juga sering diberikan oleh dokter pada pasien anak-anak yang baru saja menjalani operasi.
Banyak obat yang ada di pasaran yang zat aktifnya adalah aspirin, Anda sebaiknya membaca komposisi pada blister obat sebelum memutuskan untuk menggunakan atau mengkonsumsinya. Cara konsumsi aspirin boleh sebelum makan atau sesudah makan dan minumlah dengan menggunakan air putih.
Biarkan kaplet atau pil dalam bentuk yang utuh saat diminum karena akan lebih efektif bagi tubuh. Aspirin sebaiknya diminum dalam rentang waktu yang sama dan jangan coba-coba untuk merubah dosis yang diberikan oleh dokter.
Sedangkan efek samping atau kontraindikasi yang bisa disebabkan oleh penggunaan obat jenis aspirin ini adalah antara lain terjadinya gangguan pernapasan seperti serangan asma, pendarahan pada perut dan bisa juga muncul ruam pada kulit. Segera hentikan konsumsi obat ini atau lakukan konsultasi dengan dokter jika hal seperti tersebut diatas Anda alami saat mengkonsumsi aspirin.
Natrium Diklofenak
Obat yang satu ini merupakan obat untuk mengurangi dan mengobati nyeri pada persendian. Maka tidak heran jika obat-obatan gel anti nyeri yang ada di pasaran menggunakan natrium diklofenak sebagai zat aktifnya. Ada juga natrium diklofenak yang berbentuk tablet yang dikonsumsi secara oral disamping bentuk gel untuk dioleskan. Hanya penggunaannya saja yang sedikit berbeda.
Natrium diklofenak dalam bentuk gel lebih efektif jika digunakan sebagai pereda nyeri pada bagian tertentu pada sendi misalnya pada lutut, pergelangan kaki dan lainnya.
Sedangkan natrium diklofenak yang diminum lebih efektif digunakan untuk mengatasi rasa nyeri yang dirasakan pada beberapa bagian tubuh atau persendian secara bersamaan. Sebagaimana obat anti inflamasi golongan non steroid lainnya, natrium diklofenak juga memiliki efek menurunkan demam dan anti peradangan.
Obat Anti Nyeri Lainnya
Parasetamol
Parasetamol juga merupakan zat aktif yang sering kita temui ada di dalam obat sakit kepala dan juga penurun demam. Parasematol relatif lebih aman untuk digunakan sebagai pereda rasa sakit tetapi hanya efektif untuk meringankan rasa nyeri yang ringan.
Contohnya nyeri pada kepala atau sakit kepala. Sama dengan obat-obatan dari golongan anti inflamasi non streroid (NSAIDs), paracetamol juga merupakan golongan obat anti nyeri dan pereda demam (analgesik dan antipiretik).
Parasetamol dijual bebas yang bisa dibeli dengan mudah tanpa harus menggunakan resep dokter. Yang ada di dalam pasaran dan paling sering digunakan mayoritas adalah paracetamol 500 miligram.
Dosis yang disarankan bagi orang dewasa adalah 1-2 tablet, 3-4 kali sehari atau digunakan setiap 6-8 jam sekali. Parasetamol yang sering kita temui adalah dalam bentuk pil, kaplet dan juga sirup. Parasetamol relatif aman digunakan asalkan tidak melebihi dosis yang dianjurkan untuk penggunaan dalam 24 jam.
Parasetamol lebih cepat dan efektif dalam mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri dan demam jika dibandingkan dengan jenis obat anti nyeri lainnya. Mengapa demikian?
Karena cara kerja parasetamol langsung pada pusat sistem saraf dan bagian tertentu pada otak sedangkan jenis pereda nyeri yang lainnya memiliki sistem kerja pada perifer dan 2 saraf pusat. Sistem kerja seperti ini jugalah yang membuat parasetamol ampuh dalam menurunkan panas dan mengurangi demam.
Opioid / Opiat
Untuk mengurangi rasa nyeri yang berat maka sering digunakan jenis obat anti nyeri opioid atau opiat. Tetapi jenis obat ini harus menggunakan resep dari dokter dan tidak boleh digunakan secara sembarangan.
Penggunaan dari obat kelas ini harus dengan pemantauan secara berkala dari dokter karena efek samping yang bisa membahayakan yaitu berupa gangguan pada pernapasan dan pada tingkat detak jantung yang akan meningkat.
Salah satu contoh obat yang termasuk golongan opioid pasti sudah sering kita dengar dan juga paling sering disalahgunakan yaitu morfin. Selain morfin jenis obat opioid yang lain antara lain kodein, oksikodon dan fentanil. Obat jenis ini bisa menimbulkan efek ketergantungan jika digunakan secara terus menerus itulah sebabnya penggunaan obat ini harus dalam pengawasan dokter.
Efek Samping Konsumsi Obat Pereda Nyeri
Sudah dijelaskan di atas jika beberapa obat pereda nyeri memang cukup aman dikonsumsi tanpa resep dan pengawasan dari dokter namun beberapa diantaranya juga bisa membahayakan.
Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh masyarakat adalah setiap merasakan sakit sedikit saja sudah langsung minum obat-obatan anti nyeri bahkan dengan asal saja menambahkan dosis dari aturan pakai yang tertera pada kemasan obat.
Padahal ada bahaya besar yang bisa mengancam kita karena penggunaan obat-obatan anti nyeri yang sembarangan. Seharusnya obat pereda nyeri golongan apapun hanya dikonsumsi pada saat tubuh memang benar-benar sudah tidak mampu menahan rasa sakit yang timbul.
Karena rasa nyeri bisa saja disebabkan oleh hal lain diluar gangguan pada tubuh seperti salah posisi duduk atau juga karena dehidrasi.Sangat tidak disarankan untuk menggunakan obat pereda nyeri secara terus menerus dalam jangka waktu lama karena bisa meningkatkan resiko terhadap penyakit tertentu.
Efek pertama adalah terjadinya imun terhadap kerja obat karena sudah terlalu sering mengkonsumsi obat jadi tidak efektif lagi bekerja dalam tubuh. Ini akan membuat tubuh membutuhkan dosis obat yang lebih tinggi lagi. Jika berlangsung terus menerus maka akan membuat kita menjadi ketergantungan pada obat tersebut.
Selanjutnya penggunaan dalam jangka waktu yang panjang pada obat pereda nyeri akan menimbulkan resiko luka pada lambung dan usus sehingga menyebabkan pendarahan.
Yang paling berbahaya adalah efek obat-obatan anti inflamasi seperti ibuprofen dan aspirin bisa membuat tekanan darah meningkat atau resiko tekanan darah tinggi. Darah tinggi bisa memicu pada terjadinya serangan jantung dan juga stroke. Jadi bijaklah dalam menggunakan obat pereda nyeri meskipun dijual bebas tanpa resep dokter.