Waspadai, Meskipun Tidak Menular Penyakit-penyakit Ini Ternyata Mematikan

0
2402

Belakangan ini jika Anda melihat di televisi nasional sering diputar iklan kesehatan masyarakat yang dibuat oleh Departemen Kesehatan RI tentang Gerakan Masyarakat Sehat atau Germas. Gerakan nasional ini terutama akan menyasar kepada pengurangan resiko terhadap kematian yang disebabkan oleh jenis penyakit yang tidak menular.

Meskipun terdengar tidak berbahaya karena penyakit-penyakit tersebut tidak menular nyatanya malah membawa resiko tingkat kematian yang cukup tinggi.Bahkan menurut data yang dimiliki oleh Departemen Kesehatan RI sendiri justru penyebab kematian tertinggi adalah jenis penyakit tidak menular tersebut.

Kasus kematian akibat penyakit tidak menular terjadi di hampir semua negara di dunia ini termasuk Indonesia. Bahkan angkanya sudah hampir mencapai 70% dari populasi manusia mengalami kematian akibat dari penyakit tidak menular tersebut dan diperkirakan prosentasenya akan terus bertambah.

Data tersebut dikeluarkan oleh Badan PBB yang mengurusi tentang kesehatan dunia yaitu World HealthOrganization (WHO) atau Badan Penyelenggara Kesehatan Dunia. Data-data lain tentang penyakit tidak menular bisa Anda ketahui melalui penjelasan di bawah ini.

Data Tentang Penyakit Tidak Menular Mematikan

Data WHO Tentang Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular di Dunia

Sepuluh tahun yang lalu atau tepatnya pada tahun 2008 WHO telah mengeluarkan data jumlah kematian yang diakibatkan atau disebabkan oleh penyakit tidak menular di seluruh dunia. Pada tahun tersebut (2008) WHO merilis data bahwa duapertiga atau sekitar 65% jumlah kematian di seluruh dunia disebabkan oleh kasus penyakit tidak menular.

Angka tersebut diperoleh dari data yang diambil dari sekitar 57.000.000 kasus kematian di dunia sebesar 36.000.000 akibat menderita penyakit tidak menular.Lebih mengenaskan lagi karena kasus kematian akibat penyakit tidak menular tersebut bukan hanya dialami oleh orang dengan usia lanjut atau tua tetapi juga menyerang dan mengakibatkan kematian pada orang dengan usia muda atau produktif.

Terutama orang yang hidup di negara dengan tingkat ekonomi rendah hingga menengah banyak kasus kematian akibat penyakit tidak menular menyerang mereka dengan usia dibawah 60 tahun, prosentasenya mencapai sekitar 39%. Sedangkan untuk di negara maju kasus kematian pada usia dibawah 60 tahun akibat penyakit tidak menular sekitar 13%.

Masih menurut data yang dilansir dari WHO bahwa angka tersebut sejak 10 tahun yang lalu terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dan diprediksi secara global nanti penyakit tidak menular akan menjadi mesin pembunuh yang bisa mengurangi populasi manusia sampai 70%. Cukup mengerikan.

Sedangkan Indonesia yang masuk kategori negara berkembang sangat potensial untuk mengalami kasus kematian seperti tersebut diatas. Ini yang melatarbelakangi Departemen Kesehatan RI gencar memberikan edukasi mengenai penyakit tidak menular tetapi mematikan.

Data Departemen Kesehatan RI

Data dari Departemen Kesehatan RI melalui Menteri Kesehatan yang bahwa hingga tahun 2016 ternyata penyebab terbesar kasus kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular.

Pada tahun 2015 data mengatakan bahwa kematian terbanyak kematian bukan karena penyakit yang menular tetapi berasal dari salah satu jenis penyakit tidak menular yang mulai banyak menyerang yaitu penyakit stroke.

Masih menurut Menteri Kesehatan RI, tren kasus kematian di Indonesia telah mengalami perubahan dari tahun 90an. pada era 1990-an tren yang terjadi pada masyarakat adalah kematian yang disebabkan oleh jenis-jenis penyakit menular tetapi pada era sekarang hal tersebut sudah tidak berlaku lagi.

Penyakit menular bukan lagi menjadi pembunuh nomer satu karena telah digantikan oleh penyakit tidak menular.

Jenis Penyakit Tidak Menular yang Mematikan

Sebenarnya penyakit-penyakit apa saja yang termasuk dalam golongan penyakit tidak menular ini. mungkin Anda sebenarnya sudah sering mendengar tetapi belum paham jika penyakit tersebut termasuk penyakit tidak menular yang berpotensi menyebabkan kematian.

Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner atau jantung iskemik ini pasti sudah sering kita dengar dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan mungkin di sekeliling kita sendiri baik saudara, tetangga atau teman ada yang mengalami kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner ini. Penyakit jantung koroner atau jantung iskemik ini bisa dibilang merupakan pembunuh nomer satu bagi manusia.

Sebuah situs penelitian (discovery channel) mengeluarkan data bahwa potensi kematian yang bisa terjadi karena jantung koroner mencapai 1% atau setiap 100 orang sebanyak 1 diantaranya berpeluang kena penyakit tersebut dan mengalami kematian. Peluang paling banyak terkena jantung koroner ini adalah kelompok pria di golongan usia dewasa atau sekitar 21-60 tahun.

Faktor Pencetus Penyakit Jantung Koroner

Beberapa hal bisa menjadi penyebab atau faktor pencetus seseorang mengalami gangguan penyakit jantung koroner. Mirisnya lagi faktor-faktor pencetus tersebut mungkin selama ini sering kita lakukan atau malah sudah menjadi habit kita yang artinya membuka peluang bagi diri sendiri untuk mengalami penyakit tersebut. Beberapa hal yang bisa menjadi penyebab jantung koroner antara lain :

  • Kebiasaan yang jarang atau tidak pernah melakukan olahraga
  • Tubuh mengalami tingkat kolesterol yang cukup tinggi yang diakibatkan oleh gaya hidup terutama jenis makanan yang tinggi lemak tidak sehat seperti jeroan dan makanan yang berminyak atau digoreng.
  • Mengalami atau berpotensi serta memiliki riwayat darah tinggi.

Faktor Pengurang Resiko

Untuk menghindarkan diri dari resiko terserang jantung koroner sebaiknya mulai sekarang rubah gaya hidup dengan melakukan hal-hal berikut ini :

  • Rajin melakukan olahraga secara rutin.
  • Perbanyak makan sumber pangan berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buahan.
  • Mengurangi atau menghindari makanan yang berminyak dan tinggi lemak tidak sehat seperti makanan tinggi LDL atau asam lemak jenuh dan trigliserida.

Penyakit Stroke atau Sebravaskuler

Disamping penyakit jantung koroner yang paling sering mengakibatkan kematian mendadak adalah penyakit stroke atau disebut juga dalam bahasa medis adalah penyakit sebravaskuler. Biasanya serangan stroke mirip dengan serangan jantung terjadi secara tiba-tiba pada orang yang terlihat “sehat” dan tak jarang langsung mengakibatkan kematian pada serangan pertama.

Jenis Stroke

Penyakit stroke secara umum dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan dari faktor penyebabnya yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh adanya penyumbatan dan stroke hemoragik yang disebabkan oleh terjadinya pecah pada pembuluh darah ke otak.

Data menujukkan bahwa resiko kematian terbesar terjadi pada stroke jenis hemogarik yaitu pecahnya pembuluh darah ke otak. Namun kasus yang terbesar adalah jenis stroke iskemik yaitu stroke yang disebabkan oleh terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Stroke menyumbang sebesar 15% angka kematian di tanah air kita, Indonesia (Kemenkes RI, 2013).

Faktor Pencetus Stroke

  • Menderita penyakit yang bisa menjadi penyebab stroke antara lain darah tinggi, kolesterol tinggi, kelebihan berat badan (obesitas), penyakit jantung dan diabetes.
  • Menjalani gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, kurangnya berolahraga dan melakukan aktivitas fisik lainnya (kurang gerak), minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang atau drug.
  • Adanya faktor keturunan dari pendahulunya yang juga menderita penyakit stroke.
  • Faktor umur dimana seseorang dengan umur yang lebih tua akan lebih rentan terserang stroke.

Faktor Pengurang Resiko Stroke

Untuk mengurangi resiko terkena stroke maka sangat disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini.

  • Mengurangi konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi karena garam akan memperbesar resiko darah tinggi.
  • Konsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah dan sayuran juga makanan yang mengandung asam lemak baik seperti kacang almond atau bijian utuh (whole grain)
  • Lakukan olahraga secara rutin dan perbanyak aktivitas fisik.
  • Jangan merokok, minum alkohol, dan konsumsi obat-obatan terlarang.

Hubungan Antara Jantung Koroner Dengan Sebravaskuler

Lebih mengerikan lagi bahwa ternyata penyakit jantung koroner sangat berhubungan erat dengan terjadinya stroke. Bisa dikatakan bahwa penyakit jantung koroner merupakan salah satu pencetus terjadinya penyakit stroke yang menyerang manusia.

Pun sebaliknya ternyata stroke juga bisa menjadi penyebab seseorang mengalami penyakit jantung. Sungguh sangat ironis. Keduanya merupakan penyakit tidak menular dan penyebab tertinggi terhadap kasus kematian secara global.

Data yang dilansir oleh sebuah jurnal dari Universitas Sumatera Utara (USU), penderita stroke atau sebravaskuler yang mengalami serangan berulang-ulang disebabkan oleh adanya faktor kelainan pada jantung yang bersifat kongestif yaitu gagal jantung dan kelainan valvuler pada jantung.

Sedangkan resiko mengalami kematian pada penderita stroke akan menjadi lebih tinggi lagi jika dialami karena adanya faktor emboli kardial pada jantung. Angka tingkat kematian pada kasus penderita stroke yang disebabkan oleh adanya emboli pada kardial jantung mencapai hingga 23%, angka yang tidak bisa dianggap kecil.

Angka tersebut menurut data pada kasus yang terjadi dalam rentang waktu hanya 1 tahun. Sedangkan data yang dirangkum selama 5 tahun menunjukkan angka sebesar 45%. Mayoritas penyebab kasus kematian pada penderita stroke ini disebabkan oleh umur dan berbagai jenis gangguan pada jantung seperti emboli kardial dan fibrilasi atau denyut jantung yang terjadi secara abnormal.

Sedangkan faktor resiko terkena stroke bisa terjadi akibat adanya proses pembedahan pada jantung. Pasien yang pernah menjalani operasi jantung bisa terkena dampak secara neurologis pasca operasi jantung yang dijalaninya.

Peluang mengalami komplikasi penyakit stroke sebagai akibat neurologis setelah operasi jantung mencapai angka 5% pada golongan usia dibawah 65 tahun dan bisa hingga 10% pada pasien dengan umur diatas 65 tahun.

Jenis operasi atau tindakan pembedahan pada jantung yang akan meningkatkan resiko penyakit stroke adalah jenis tindakan pembedahan by pass pada jantung yang berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 2 jam.

Sehingga memang harus berhati-hati jika akan dilakukan tindakan bedan atau operasi pada organ jantung terutama pada mereka yang telah berusia tua diatas 65 tahun karena faktor resikonya cukup besar salah satunya adalah stroke.

Pengobatan Pada Penderita Jantung dan Stroke

Sebagai 2 penyakit tidak menular penyebab kematian tertinggi secara global maka sudah menjadi hal yang lumrah jika penanganan terhadap penderita kedua penyakit tersebut menjadi prioritas paramedis di seluruh dunia.

Kita juga sebagai orang yang bisa saja mengalami penyakit tersebut harus lebih waspada sejak awal. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa orang-orang yang hidup terutama di negara-negara miskin dan berkembang harus diajarkan tindakan CPR sebagai pertolongan pertama pada serangan jantung dan stroke.

Selain itu juga harus dilakukan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan perubahan pola dan gaya hidup yang akan memperbesar resiko terhadap kedua penyakit tersebut. Sedangkan untuk rumah sakit terutama yang khusus menangani kasus gangguan jantung dan stroke ada sebuah alat kecil yang seukuran hanya sebesar penjepit kertas namun sangat berguna.

Alat tersebut semacam sensor yang cara kerjanya dengan memasukkan sensor ini ke pembuluh paru-paru pada manusia. Kemudian alat tersebut akan mengirimkan semacam data tentang tekanan jantung yang selanjutnya data akan dikirim melalui komputer yang akan dibaca oleh dokter.

Dengan informasi denyut jantung yang diperoleh dari kerja sensor yang ditanam ke dalam pembuluh di paru-paru ini maka dokter bisa segera melakukan penanganan pada pasien dengan resiko tinggi. Data telah membuktikan bahwa alat sensor kecil ini mampu menurunkan resiko kematian akibat jantung sebesar 30%. Itu artinya juga membantu menurunkan resiko kematian karena stroke.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here